Tampilkan postingan dengan label Berita Ekonomi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita Ekonomi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 25 November 2016

Index Asia Menguat Akhir Pekan ini

bursa asiaBursa Asia menguat pada pembukaan perdagangan di akhir pekan ini, di tengah kurangnya arah dari Wall Street yang ditutup untuk liburan Thanksgiving.

Melansir laman CNBC, Jumat (25/11/2016), indeks Australia ASX 200 naik 0,09 persen, terdorong sektor energi, yang naik 0,32 persen. Sementara Nikkei Jepang dibuka 0,39 persen.

Sedangkan indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,29 persen pada awal perdagangan. "Pertanyaan pedagang hari ini apakah pembeli siap untuk bertindak independen dari kondisi pasar AS," ujar Ric Spooner, Kepala Analis Pasar CMC Markets dalam catatannya.

Kenaikan bursa Jepang terdorong pemerintah yang menunjukkan harga konsumen turun 0,4 persen pada bulan Oktober, ini sejalan dengan ekspektasi ekonom yang disurvei Reuters.

Sementara nilai tukar Yen stabil terhadap dolar, yang diperdagangkan pada posisi 113,34 per dolar. Indeks dolar, yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang, tetap mendekati posisi tertingginya selama 14 tahun di level 101.7. Pasar AS ditutup pada hari Jumat untuk Thanksgiving.

Data ekonomi dan prediksi kenaikan belanja negara di bawah kepemimpinan presiden Terpilih AS Donald Trump mendorong kepastian jika Federal Reserve bakal menaikkan tingkat suku bunganya pada Desember sehingga memacu penguatan dolar terhadap sejumlah mata uang utama.

Baca Juga:
Tantangan Pertama Pemerintahan Trump
Tanggapan Pasar Terhadap Isu Rush Money
FED: Kecenderungan Menguatkan Ekspektasi Pasar

Rabu, 23 November 2016

Tantangan Ekonomi Pertama Pemerintahan Trump

VP Corporate Development & Market Research ForexTime Ltd (FXTM) Jameel Ahmad mengungkapkan, nasib kebijakan ekonomi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tergantung pada pergerakan USD. Jika USD terlalu menguat, diyakini akan mempersulit langkah Trump.

Jameel mengatakan, menguatnya nilai tukar USD akan membuat para investor enggan melakukan ekspansi ke Negari Paman Sam karena biayanya mahal. Sehingga, harapan untuk membuka lebih banyak lapangan kerja enggak akan terwujud.

"Kalau barang diproduksi domestik mahal sekali, mereka enggak mampu beli. Jadi, meski Trump janji kasih orang kerjaan tapi kalau USD menguat ini enggak akan terjadi. Kalau terlalu menguat, semua janji dia tak akan terlaksana, ini yang jadi masalah kenapa dolar menguat dan ini bukan masalah bagi Indonesia," ujarnya di Jakarta, Selasa (22/11/2016).

Sementara, kata dia, percuma jika Trump memaksakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan suku bunga karena akan menguatkan USD. Bagi investor, ini akan membuat mereka banyak membeli barang impor ketimbang produk dalam negeri.

"Trump akan beri tekanan The Fed suku bunga dinaikkan, kalau naik dolar menguat lagi. Jadi, karena dolar kuat ini investor AS cenderung menbeli dari luar, impor murah dari luar daripada beli sendiri di dalam," kata Jameel.

Sementara, lanjut dia, jika Trump ingin mewujudkan semua kebijakan ekonominya, disarankan terlebih dahulu melemahkan USD. Hal tersebut menjadi syarat utama guna membuka lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan angka konsumsi.

"Untuk jadikan ini semua butuh dolar lemah, dolar yang enggak kuat. Jadi, apabila dolar menguat terus siapa mau bikin industri di AS, kan biayanya tinggi? Jadi, jalankan kebijakan ekonomi Trump itu persyaratannya kondisi dolar melemah," tuturnya.

Baca Juga:

Tanggapan Pasar Terhadap Isu Rush Money


Isu mengenai Rush Money menanggapi kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur non-aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ditanggapi beragam oleh pelaku pasar.

Ekonom yang merupakan mantan Rektor UII, Edy Suwandi Hamid, menanggapi persoalan rush money atau penarikan uang secara besar-besaran."Hal itu dilontarkan oleh segelintir orang untuk keperluan pribadi dengan memanfaatkan keresahan masyarakat." kata Edy, Selasa, 22 November 2016 kepada Tempo.

Seruan akan Rush Money pun tersebar secara viral di media sosial. Hampir semua media sosial beredar mengenai ajakan tersebut. Tujuannya memberikan efek negatif kepada sistem perbankan kita.

Edy mengatakan, secara fundamental, rush money tidak akan terjadi di Indonesia. Sebab, ujar dia, perbankan juga masih sangat kuat. Selain itu, dalam kurun waktu dua tahun terakhir, nilai dolar Amerika Serikat terhadap rupiah relatif stabil, meski pertumbuhan ekonomi di bawah perkiraan.

Wakil Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Pusat ini mengatakan hal yang justru membuat benang kusut adalah pernyataan aparat kepolisian yang akan menangkap akun penyebar rush money. "Kalau punya bukti kuat, silakan tangkap, jangan buat keresahan dan berwacana," ujarnya.

Menurut Edy, isu penarikan uang besar-besaran tersebut erat kaitannya dengan politik. Dengan demikian, ia yakin tak akan berpengaruh terhadap perbankan di Indonesia. Masyarakat, kata dia, akan lebih tenang jika tidak ada gejolak dalam politik yang mempengaruhi ekonomi.

Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Tito Karnavian mengatakan polisi menyelidiki penyebar isu rush money. Melalui unit cyber, polisi akan cari siapa penyebar isu itu. "Kami akan tangkap," tutur Tito seusai seminar soal kebinekaan di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Timur, Sabtu, 19 November.

Informasi yang beredar, rush money digaungkan menjelang demonstrasi susulan atas kasus dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Soal perkembangan penyelidikan, Tito enggan menjelaskan. "Kalau dijelaskan ke ruang publik, bisa tahu nanti," ucapnya.

Isu rush money itu, menurut Tito, sengaja diembuskan untuk mengganggu ekonomi Indonesia. Karena itu, masyarakat jangan sampai terpengaruh isu itu. "Isu itu hoax, tidak betul ada rush money," katanya.

Baca Juga:

Selasa, 22 November 2016

FED: Kecenderungan Memperkuat Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga

Hasil dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) November ini dimana FED tidak akan mengubah suku bunga akan dirilis rabu minggu ini. Dalam pertemuan tersebut, FED menyatakan bahwa kasus penguatan yang terus berlanjut dan sekarang hanya perlu melihat beberapa bukti lanjutan dari kemajuan penguatan tersebut.

Sejak pertemuan Ekonomi US sebelumnya data yang terdiri dari pasar tenaga kerja, PDB, dan penjualan retail semuanya dalam penguatan. Banyak pejabat FED telah menyampaikan komentar pada minggu terakhir, termasuk Janet Yellen yang telah membantu mengokohkan harapan untuk kenaikan suku bunga pada bulan selanjutnya. Risalah pertemuan November harus mampu membantu lebih memantapkan harapan mengenai kenaikan bunga pada Desember.

Dana Berjangka Federal saat ini menyiratkan 100 persen kemungkinan kenaikan suku bunga pada bulan depan. Sekarang dengan kenaikan suku bunga pada Desember hampir pasti, pasar akan mencari petunjuk mengenai kebijakan FED pada 2017.

"Pembatasan guncangan yang signifikan, kami berharap FOMC akan menaikan suku bunga sebesar 25bp pada pertemuan 12-13 Desember ini. Kami berharap risalahnya meningkatkan persepsi mayoritas anggota FOMC menginginkan kenaikan pada Desember. kami yakin probabilitas kenaikannya menjadi berkisar 80% " menurut BNP Paribas dalam laporannya

Baca Juga:
Magical Code of Forex Trading
Harga BBM menemukan momentnya
Inflasi Konsumsi Kanada Mengalami Percepatan

Senin, 21 November 2016

Harga Bahan Bakar Minyak Menemukan Momennya

Putin on OPEC
Harga minyak pada pembukaan mengalami kenaikan kuat minggu ini, didukung komentar dari Presiden Rusia Vladimir Putin yang menghidupkan kembali harapan kesepakatan dengan anggota OPEC. Anggota OPEC telah mengadakan pertemuan pada 30 November di Wina untuk mendiskusikan dan melanjutkan kesepakatan yang diperkenalkan pada sebuah pertemuan informal di Algeria pada September. Menurut kesepakatan, anggota OPEC ditetapkan untuk mengatur batas tetap produksi dari kartel antara 32.5 juta barel hingga 33 juta barel per hari. Iran, Libya dan Nigeria mendapatkan kebebasan spesial dalam kesepakatan tersebut. Rusia sendiri berperan sebagai fasilitator dari kesepakatan tersebut.

Baru-baru ini, ada keraguan atas kesepakatan produksi dari anggota OPEC tersebut untuk melanjutkan peningkatan produksi yang baru-baru ini berkisar 33.8 juta barel per hari seperti Oktober dan beberapa negara anggota seperti Iraq disebutkan mendapatkan pembebasan dari pengurangan produksi apapun. Minggu lalu harapan dari kesepakatan dapat dihidupkan kembali melalui komentar Menteri Energi Rusia Alexander Novak, yang menyatakan keyakinannya terhadap kesepakatan tersebut.

Selama akhir pekan, dalam Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik di Peru, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa dirinya melihat beberapa hambatan yang terjadi pada OPEC dalam pelaksanaan perjanjian tersebut. Dia berkata. "Apakah kesepakatan dapat tercapai, saya tidak mengatakan 100 persen tapi ada kemungkinan kuat hal itu akan kita dapatkan"


WTI saat ini diperdagangkan pada 46.9 USD per barel, naik 1.2 persen sejauh ini pada hari ini, dan Brent diperdagangkan pada o.5 USD per barel premium


Baca Juga:

Inflasi Konsumsi Kanada Mengalami Percepatan di Bulan Oktober

inflasi kanada
Percepatan inflasi Kanada dikarenakan index harga barang konsumsi yang berjalan sesuai ekspektasi masyarakat pada Oktober ini. Inflasi harga barang konsumsi dipercepat 1.5 persen YoY, sedikit meningkat dari 1,3 persen pada September. Sementara itu, inflasi inti melambat di bulan tersebut ke 1,7 persen dari 1,8 persen yang terlihat di bulan sebelumnya.

Index utama YoY terutama didorong oleh indeks transportasi, yang naik 3 persen pada Oktober. ini adalah peningkatan yang cukup besar dari 2,3 persen yang tercatat pada bulan september. Sebagian besar kenaikan indeks transportasi ini disebabkan oleh harga bensin meningkat yang tampaknya mendapatkan diteruskan ke konsumen.

Selain itu index pemukiman juga mencatat kenaikan sebesar 1.9 persen, yang menjadi terbesar selama 12 bulan sejak Januari 2015. Pada bulan sebelumnya, index pemukiman telah naik sebesar 1.7 persen, kepemilikan meningkatkan biaya penggantian kepemilikan rumah, dengan kontribusi yang sama dari kenaikan pajak properti, menurut catatan pakar ekonomi dalam laporan ilmiahnya.

Selain dari 8 kategori utama, inflasi meningkat pada 6 kategori tersebut pada bulan Oktober. Inflasi harga makanan cukup mengejutkan mengalami penurunan yang pertama semenjak Januari 2000, dengan harga turun hingga 0.7 persen dari Oktober 2015. Kontribusi yang memberikan pertumbuhan yang signifikan pada harga makanan sebelumnya pada 2016, harga makanan diharapkan melanjutkan sebagai sebuah hambatan bersih pada index utama hingga berimbas pada depresiasi harga pada masa lalu, menurut pakar ekonomi.

Hambatan dari rendahnya harga minyak sehingga menahan inflasi mulai berkurang seiring dengan kenaikan harga minyak secara bertahap. Mengingat batas dari depresiasi CAD sebelumnya hampir selesai, inflasi tidak bisa dirangsang tumbuh lebih jauh menurut pengamat ekonomi.

Sementara itu, 3 langkah baru dari trend yang mendasarinya ditetapkan untuk menggantikan langkah-langkah inti, seperti yang telah diindikasikan sebulan yang lalu oleh Bank Sentral Kanada. Dalam semua itu, data inflasi oktober akan memberikan sedikit implikasi pada kebijakan moneter Kanada.

Baca Juga:

Minggu, 20 November 2016

60% Saham di BEI Merupakan Saham Syariah


Jakarta-Dari 535 jumlah emiten yang memperdagangkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), 60% di antaranya merupakan saham berbasis syariah. Hal ini menunjukkan ekonomi syariah di Indonesia memiliki porsi yang cukup besar.

"Ada 535 perusahaan tercatat ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia, 60% syariah. Itu setara dengan 311 perusahaan," tutur Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota BEI Alpino Kianjaya dalam acara Indonesian Islamic Finance Forum (IIFF) di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (18/11/2016).

Sepanjang tahun ini, kinerja saham syariah di BEI menunjukkan performa yang cukup baik. Rata-rata dari 311 saham syariah di BEI sudah memberikan return atau imbal hasil sebesar 18% secara year to date (ytd).

"Perlu saya sampaikan performance saham-saham syariah dari 311 saham memberikan kinerja return year to date 18%," tutur Alpino.

Alpino menambahkan, separuh transaksi saham di BEI yang diperjualbelikan merupakan saham berbasis syariah. Selain itu, 50 saham syariah juga tercatat memiliki return hingga 50%.
"Seluruh transaksi di BEI 50% dikontribusikan oleh saham-saham syariah," ujar Alpino

Baca Juga:
Harga Minyak Naik, OPEC Berencana Mengurangi Produksi
Wall Street Turun Dipimpin Saham Kesehatan
Video: Analisa Sederhana Heiken Ashi

Sabtu, 19 November 2016

Minyak Naik, OPEC Berencana Pangkas Produksi


Harga minyak ditutup menguat pada perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) dipicu harapan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menemukan cara untuk memangkas produksi di akhir bulan ini.

Sepanjang pekan ini, harga minyak Brent dan minyak mentah AS jenis West Texas Intermediate (WTI) naik sekitar 5 persen. Ini merupakan kenaikan mingguan pertama keduanya dalam sebulan terakhir.

Diilansir dari Reuters, Sabtu (19/11/2016), harga minyak Brent naik US$ 37 sen atau 0,8 persen menjadi US$ 46,86 per barel. Sementara WTI naik US$ 27 sen atau 0,6 persen ke level US$ 45,69 per barel.

OPEC bergerak mendekati kesepakatan pertama sejak 2008 untuk membatasi produksi, dengan sebagian besar anggota siap untuk menawarkan Iran fleksibilitas pada volume produksi minyak. Iran telah menjadi batu sandungan utama bagi OPEC ntuk membatasi produksi. Ekonom Energi dari WRTG, James L Williams menuturkan, harga minyak mentah telah bergerak fluktuatif berdasarkan laporan anggota OPEC menjelang pertemuan 30 November. Menurut dia, harga minyak bisa jatuh di bawah US$ 40 jika OPEC tidak mencapai kesepakatan pada 30 November 2016.

Penurunan produksi OPEC harus meningkatkan profitabilitas bagi produsen AS. Aktivitas pengeboran minyak terus meningkat di AS. Perusahaan jasa minyak, Baker Hughes mengatakan jumlah rig pengeboran di AS dalam sepekan naik 19 menjadi 471 hingga 18 November 2016. 

Kemungkinan berita ini akan cukup mempengaruhi perdagangan alternatif pada pembukaan senin esok. Terutama untuk perdagangan Forex, kontrak berjangka dan komoditas

Baca Juga:
Wall Street Turun Dipimpin Saham Kesehatan
Analisis Sederhana dengan Heiken Ashi
Rupiah Kembali Melemah

Wall Street Turun Dipimpin Saham Kesehatan

economic wall street
Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan saham kesehatan memimpin penurunan karena investor melakukan aksi ambil untung usai kemenangan Donald Trump. Tak hanya itu, investor juga masih menunggu kejelasan tentang kebijakan AS ke depan. Dilansir dari Reuters, Sabtu (19/11/2016), indeks Dow Jones industrial average turun 35,68 poin atau 0,19 persen ke 18.868,14, indeks S&P 500 telah kehilangan 5,17 poin atau 0,24 persen menjadi 2.181.95 dan Nasdaq Composite terkikis 12,46 poin atau 0,23 persen menjadi 5.321,51.

Pergerakan Wall Street umumnya terus menanjak sejak kemenangan mengejutkan Donald Trump dalam pemilihan Presiden AS pekan lalu. Diharapkan kemenangan ini bisa mendorong belanja infrastruktur dan mengurangi pajak untuk angkat perekonomian.

"Hingga kini Investor masih menanti seperti apa kebijakan AS ke depan," kata Direktur Strategi Investasi Glenmede, Jason Pride. Sekitar 7 dari 11 sektor di indeks S&P 500 berakhir lebih rendah. Kerugian saham Merck dan Allergan Plc menyeret turun saham sektor kesehatan, yang memimpin penurunan dengan anjlok 1,2 persen.

Sektor konsumen turun 0,4 persen, terbebani oleh penurunan 1 persen saham Procter & Gamble. Sedangkan sektor energi menjadi pemain terbaik dengan kenaikan 0,7 persen terangkat harga minyak berjangka yang naik. Begitu pula sektor keuangan naik 0,2 persen, dan telah meningkat hampir 11 persen sejak pemilu AS, didorong oleh prospek suku bunga yang lebih tinggi dan peraturan yang lebih ringan. 

Sekitar 83 persen pedagang saham memprediksi Bank Sentral AS atau Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan Desember, menurut data Thomson Reuters. Gubernur The Fed Janet Yellen pada Kamis juga telah memberikan sinyal akan segera kenaikan suku bunga acuan.

Baca Juga:
Analisis Sederhana dengan Heiken Ashi
Rupiah Kembali Melemah
Berjudi atau Berbisnis?

Rabu, 16 November 2016

Berjudi atau Berbisnis?

investasi dan perjudian
Forex trading untuk sebagian masyarakat awam cenderung menilainya sebagai money game/judi, hal ini tidak bisa disalahkan begitu saja. Kenapa kecenderungan seperti ini kerap muncul di masyarakat? Karena kurangnya informasi dan banyak dari sebagian trader pemula mengalami kegagalan dalam forex trading.



Sedikitnya seminar dan pendidikan mengenai mekanisme pasar mata uang dan forex trading secara teknis lebih dikarenakan kurangnya minat masyarakat dalam berbisnis di pasar mata uang, saham, obligasi dan komoditas. Sebagian masyarakat menganggap hal ini susah, terlalu banyak mekanisme yang harus dipelajari dan kurangnya kepercayaan kepada broker karena banyaknya kasus-kasus investasi bodong.

Tanpa mengetahui ilmunya sebuah investasi akan menjadi instrumen perjudian apalagi untuk pasar-pasar yang memiliki likuiditas tinggi, seperti forex, bursa komoditas maupun bursa saham. Sepertinya, sepengetahuan saya tidak ada satu agamapun yang memperbolehkan perjudian.

Oleh karena itu, sangat penting bagi calon investor untuk memiliki ilmu dari model investasi yang dikehendaki. Agar tidak ada lagi kesalahpahaman suatu investasi itu bodong atau karena resiko kerugian yang tidak diketahui investor. Akan menjadi sangat menyesatkan apabila seorang investor rugi karena kurangnya ilmu mengenai resiko dari investasi yang dipilihnya lalu investor tersebut menyerang perusahaan investasi tersebut dengan dugaan "investasi bodong" padahal diakui secara resmi oleh negara.

Untuk jenis investasi yang memiliki tingkat resiko yang cukup tinggi akan memberikan kemungkinan profit yang pasti lebih besar dibandingkan dengan deposito yang merupakan instrumen investasi yang paling aman. Kita sebagai calon investor harus mengetahui instrumen investasi yang sesuai dengan kepribadian kita, baik resiko, kemungkinan keuntungan dan likuiditas dari investasi tersebut.

Baca Juga:
Bursa Hongkong Merosot
Model Bisnis yang tetap Marak
EA Tekan Emosi Trader

Jumat, 11 November 2016

Rupiah Kembali Melemah

Hari ini (11/11) Rupiah kembali melemah 1.4 PCT ke 13,320/Dollar, merupakan yang terendah sejak 27 Juni. Setelah kemarin sempat rebound seperti di kutip dari Kontan (10/11).

JAKARTA. Posisi rupiah pada transaksi perdagangan hari ini (10/11) menguat tipis. Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 10.45 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot berada di level 13.111 per dollar AS. 

Jika dibandingkan dengan level penutupan kemarin di 13.127, posisi rupiah menguat 0,1%. Sebaliknya, nilai tukar rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) melemah 0,25% ke level 13.118 per dollar AS. Kemarin, kurs JISDOR rupiah dipatok di posisi 13.084 per dollar AS. 

Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang Bank Mandiri, mengungkapkan, hasil pemilu AS menciptakan gejolak di pasar global. Nyaris semua katalis lain di pasar terabaikan karena fokus ke pemilu AS. Namun, karena dollar AS sempat melemah signifikan, rupiah tidak tertekan terlalu dalam. 

Selanjutnya pidato dan kebijakan Trump di bidang ekonomi dan perdagangan akan disorot. "Selanjutnya sentimen domestik akan memberikan daya tahan bagi rupiah," kata Reny. Reny meramal, rupiah bergerak antara Rp 13.100–Rp 13.200.

Baca Juga:
Dollar tidak berdaya
Bursa Hang Seng Merosot
Kemenangan Trump Terhadap Pasar Forex

Kemenangan Trump terhadap Pasar Forex

Kemenangan Trump Pengaruhi pasar ForexSetelah berbulan-bulan kampanye kontroversial dari Demokrat dan Republik, Pemilu AS akhirnya selesai dilaksanakan dan presiden berikutnya untuk Amerika telah ditentukan. Pemilu kali ini sangat berbeda dengan pemilu sebelumnya dalam berbagai hal, dan pasar keuangan sangat reaktif didominasi oleh pergeseran dan tren terkait dengan momentum perubahan bagi Clinton dan Trump sebelum hasilnya dikonfirmasi.

Sebagai reaksi dari pemilihan tersebut, kami ingin menyoroti tiga dari banyak instrumen kunci untuk pengawasan ekstra untuk hari-hari yang akan datang:

  1. Pasangan mata uang - Dolar telah, seperti yang diharapkan, mengalami offload sistematis terbesar dan isi ulang posisi dalam beberapa hari terakhir. Menyusul kemenangan Presiden terpilih Trump, Dollar dengan cepat jatuh karena hasil ini tidak sedang harga sebagai investor berduyun-duyun ke mata uang safe haven seperti Yen. 
  2. Emas. Pasar yang selalu berubah di hari-hari menjelang pemilu, dan sementara banyak investor yang didorong terhadap alam safe haven emas, logam kuning juga menunjukkan tanda-tanda volatilitas tinggi. Sekarang Trump telah memenangkan, namun, kami berharap para pedagang untuk terus mencari emas sebagai kejutan dan ketidakpastian mendominasi pasar. 
  3. Pasar saham - dengan kemenangan Trump, penurunan yang signifikan dari risk appetite investor bisa lebih membebani saham karena bias baru Presiden terpilih untuk suku bunga AS yang lebih tinggi. 
Ekuitas Asia, khususnya Nikkei di Asia dan DAX dan FTSE 100 di Eropa - beberapa di antaranya sudah dibuka - juga harus menarik ekstrim untuk pedagang, sebagai instrumen ini merupakan reflektor dari selera investor saat ini terhadap risiko.

Pasar keuangan sangat stabil dan dalam keadaan saat ini kekacauan total, dengan Dollar terjun dan Dow Jones futures mampir 800 poin, yang merupakan hasil yang diharapkan jika Donald Trump akhirnya menang.

Bagaimana hasilnya telah mempengaruhi Dollar di pagi hari

Sejak investor bergeser ke arah "risiko off" mode (yaitu mendukung aset kurang berisiko), pasar mata uang mengambil hit besar terhadap Dollar, seperti Cina Yuan (dengan USDCNH konsolidasi di bawah 6.80) dan rekor terendah Peso Meksiko memukul, sebagai perdagangan mendapat berlangsung di Asia awal di pagi hari.

Bank of Japan juga dapat menemukan dirinya dalam situasi yang ketat, sebagai pasangan USDJPY anjlok dari dan pergi di bawah 102 sebagai akibat dari safe haven mengalir ke Yen Jepang.

Negara rapuh dari murahnya Dollar akan menjadi fokus utama pada hari-hari yang akan datang dan minggu, dengan safe havens Emas dan Yen menjadi lebih laris karena ketidakpastian investor.

Baca Juga:
Model Bisnis yang Bisa Ditiru
Dolar tak Berdaya Menghadapi Mata Uang Major
Kesalahan Trader Pemula

Kamis, 10 November 2016

Bursa Hongkong Merosot

Hang Seng


Di akhir perdagangan bursa Hong Kong Rabu (09/11), indeks Hang Seng ditutup tergelincir -494,28 poin, atau -2,16 persen pada 22415.19. Merosotnya indeks Hang Seng terganjal kemenangan mengejutkan kandidat Partai Republik Donald Trump dalam pemilihan Presiden AS. Pelemahan ini merupakan terendah 3 bulan.


Donald Trump, yang telah memicu ketidakpastian atas sikapnya pada kebijakan luar negeri, perdagangan dan imigrasi, mengguncang pasar dunia yang mengharapkan kemenangan kandidat dari Partai Demokrat Hillary Clinton untuk memenagkan pemilihan Presiden AS.

Banyak investor menarik perbandingan dengan kejatuhan Brexit, ketika saham Hong Kong jatuh hampir 5 persen karena keputusan referendum Inggris meninggalkan Uni Eropa membuat investor terkejut.

Saham jatuh di seluruh papan di Hong Kong sementara obligasi berdaulat dan emas rally, karena investor membuang saham dan mencari aset safe haven.

Sedangkan untuk indeks Hang Seng berjangka terpantau naik 108,00 poin atau 0,48 persen pada 22,511, naik dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya pada 22,403.

Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, indeks Hang Seng akan bergerak negatif setelah kemenangan Donadl Trump dalam pemilihan Presiden AS. Secara teknikal Indeks Nikkei akan bergerak dalam kisaran Support 22,039-21,571, dan kisaran Resistance 23,008-23,539.

Rabu, 09 November 2016

Kemenangan Trump berefek signifikan terhadap USD

EUR/USD setelah PemiluDolar AS sungguh tak berdaya menghadapi mata uang-mata uang mayor lainnya dalam event pemilu presiden AS Rabu (09/November) siang ini. Hasil perhitungan-perhitungan cepat dari berbagai media telah menunjukkan dominasi partai Republikan di Lower House dan Senat AS. Sementara untuk presiden, secara elektoral, Trump sudah lebih unggul daripada Clinton dengan perolehan 276, menembus angka 270 sebagai pemenang di versi perhitungan The Guardian.

Trump sukses mencatatkan sejumlah kemenangan mengejutkan atas Hillary Clinton di wilayah pemilihan Florida dan Ohio. Tak bisa dipungkiri, pintu untuk Trump melangkah ke White House dan menduduki kursi presiden AS makin terbuka lebar.

Dominasi Republikan, Pasar Sulit Pecaya

Peta AS yang "merah membara" hari ini seolah menyetrum pasar untuk segera pasang aksi penghindaran risiko secara total. Para investor melempar Dolar mereka dan berpaling pada mata uang-mata uang safe haven seperti Yen Jepang dan Franc Swiss. Tak hanya itu, Euro dan Sterling pun tak bisa menahan diri untuk tidak reli terhadap Greenback.

"Saya belum bisa mengatakan bahwa pasar sedang panik sekarang. Trump memang punya kemungkinan untuk menang, tetapi kemungkinan ini dimasukkan sebagai kemungkinan kecil. Tentu saja pasar harus mengambil tindakan, dan reaksi saat ini merupakan reaksi yang sesuai dengan skenario," kata Bart Wakabayashi, Kepala Bagian Penjualan Forex di State Street Global Markets Hong Kong. "Pendek kata, memang ada perasaan tak percaya akan apa yang terjadi saat ini," lanjutnya.

Dolar sudah terkubur 2.6 persen ke angka 102.350 terhadap yen setelah jeblok lebih dari 3 persen dalam hari-hari yang volatil. USD/JPY sempat singgah di level tinggi 105.488 sehari sebelumnya, saat kemungkinan kemenangan Clinton masih terbuka.

USD/CHF tenggelam 1.6 persen terhadap Franc Swiss, safe-haven selain Yen Jepang, ke angka 0.9625. EUR/USD reli ke high dua bulan dan masih menambah kenaikan lagi 1,8 persen ke angka 1.1225.

Kemenangan Trump Di Florida Adalah Katalis

"Katalis di balik kemerosotan Dolar adalah laporan atas kemenangan Trump terhadap Clinton di Florida," ungkap Junichi Ishikawa, Ahli Forex di IG Securities di Tokyo. "Penghindaran risiko sedang merebak dengan tumbangnya ekuitas." Peso Mexico, adalah mata uang yang paling menyedihkan hari ini dengan USD/MXN yang melejit hingga 13 persen menuju level rendah 21.00, yang menjadi level terendah sepanjang masa peso terhadap dolar AS.

Baca Juga:
EURUSD bergerak turun
Persiapan margin menghadapi Pemilu AS
Ekonomi Mesir melemah